Minggu, 28 Juni 2009

Bye...Bye...Nike




Lembaran Lepas NIKE ARDILLA
19 Maret 1995
Genio biru itu, Ke...
Pagar tembok itu, Ke...
membawa kamu pergi
jauuuuh...sekali...

Kita semua sayang kamu, Ke. Suer...
Ingat nggak kakek tua yang pernah
bawa 5 ikat kangkung ke rumahmu?
Dia juga pasti kehilangan...
Menyanyilah dengan damai
sesuai dengan isi hatimu
Di Studio Keabadian
Jangan meratap lagi ya Ke...


Semua orang kehilangan. Itu mungkin ungkapan yang pas buat mengantar kepergian Nike Ardilla, artis belia (modis, imut) kesayangan remaja. Semua tabloid maupun majalah yang memuat berita kemalangannya itu jadi rebutan. Nggak cuma di Jakarta, kebetulan MODE sempat mengamati pertokoan Manado. Begitu pengecer majalah media yang ada tampang si Keke, langsung diembat abiz. Para ABG Manado bangga betul bisa membawa pulang majalah/tabloid bergambar Nike. Itu bukti mereka nggak pernah mau ketinggalan berita, apalagi tentang duka penyanyi idolanya.

Bukan cuma itu, toko-toko kaset juga memasang keras-keras album Sandiwara Cinta (Album terakhir Nike) membuat orang-orang yang wara/i disekitarnya jadi ingin memiliki. Dan benar, dalam sekejap habis kaset itu diborong habis. Laris manis...

Di Imbanegara-Ciamis, dimana Nike dimakamkan ceritanya lain lagi. Kebeneran aja seminggu setelah kematiannya yang tragis, MODE mampir ke kota kecil yang berjarak sekitar 3km-an sebelum Ciamis. Penduduk Imbanegara jelas geger ketika diberitakan Nike meninggal. Soalnya hampir setiap Lebaran Nike pasti mampir ke kota tersebut. Kalo doi ada disana, rumahnya selalu ramai didatangi anak-anak setempat. Maklum siapa yang nggak tahu si Neneng yang kondang itu.

Tempat tinggal keluarga Nike, terletak di Jl. Raya Imbanegara, tepat menghadap ke arah gunung Ardilaya. Kabar menyebutkan nama komersil Nike, yaitu Nike Ardilla diambil dari nama Ardilaya, dengan maksud agar karirnya terus menanjak mencapai puncak, setinggi gunung Ardilaya. Gunung yang memberi keteduhan buat warga Imbanegara, desa kelahirannya. Selain itu juga warga setempat amat 'segan' terhadap gunung Ardilaya ini karena diatas puncak gunung itu terletak makam keramat yang amat dihormati. Semenjak kematian nya warga setempat, Wallahualam, menghubung-hubungkan peristiwa tragis yang dialami penyanyi remaja yang amat populer ini dengan keberadaan makam keramat yang terletak di atas puncak Ardilaya. Nike meninggal dipuncak kesuksesan. Sekali lagi, Wallahualam...

Nike memang pernah punya cita-cita untuk mendirikan Pesantren yang bakal dikasih nama Al Dilla di Ciamis sana. Katanya, papihnya dan dia udah patungan beli tanah luas. Malah dia pernah bercanda lucu, "Pesantrennya buat cowok-cewek biar bisa keceng-kecengan hahaha...." Ah dasar si Keke.

Keke sudah nggak bisa lihat cantiknya sinar matahari lagi, tapi seabrek kenangan bersamanya nggak pernah lepas dari ingatan MODE. Randy Salim, redaktur musik punya kenangan khusus dengannya persis ketika Grand Final Video Musik Indonesia digelar di kota Yogyakarta tahun lalu, dia sempat ngobrol bareng Nike sambil duduk-duduk.

Waktu itu kita berempat (gue; Randy, Nike, Mayang Sari sama Rio, manajer GIGI) lagi nongkrong di kamar hotelnya Mayang. Orang lain kebanyakan udah pada tidur, tapi kita iseng aja ngobrol sampe' pagi, sambil... ada deh. *apa'an seh!?

Gue liat Nike lagi duduk mojok, sambil nyanyi'in lagu Linger-nya Cranberries. Gue sempet kaget juga denger Nike nyanyi lagu kaya' gitu, soalnya imej dia kan lady rockers gitu. Pas acara malam itu aja, dia nyanyi'in lagu Final Countdown-nya Europe, yang menurut gue udah terlalu kuno.

Berhubung pada saat itu kita udah sama-sama cuek, gue tanya aja; " Loe kenapa nggak nyanyi'in lagu kayak gitu aja sih? Toh suara loe cocok juga. Daripada bawa'in metal-metal gak jelas.". Dia jawab : "Gue sih pengen banget, tapi manajer gue nyuruhnya begitu..". Dari jawaban and tampangnya aja gue otomatis ngelihat orang sukses tapi nggak bahagia. Kelihatannya sih dia udah capek nurutin 'apa kata orang', tapi dianya sendiri juga nggak tahu mau ngapain.

Tidak ada komentar: