Sabtu, 27 Juni 2009

Satu Tahun Terakhir Ini Nike Senang Ke Disko



Masyarakat Medan, tua muda, ibu-ibu rumah tangga dan para remaja usia sekolah, sejak Minggu malam terus bercerita tentang musibah yang menimpa Nike Ardila bersama temannya Sofiatun Wahyuni (Atun) yang baru saja selesai dirawat intensif di rumah sakit Santo Yusuf Bandung.

Apakah ada sabotase, sehingga ban mobil Ardilla Honda Civic Genio 1993 nomor Polisi D27AK harus diganti dengan yang lebih kecil, kemudian terjadi kecelakaan? Apakah ini menjadi penyebab Nike Ardila tak dapat menguasai kemudia sehingga menbabrak tembok dan tewas? Demikian pertanyaan yang muncul dari fans Nike Ardila di Medan, sehingga dengan setia terus mengikuti perkembangan lanjutan melalui pemberitaan yang dimuat di media masa maupun media elektronik.

Nike, menurut keterangan teman-temannya, satu tahun terakhir ini suka mengunjungi berbagai diskotik, baik saat berada di Jakarta maupun di kota kelahirannya Bandung. "Ke diskotik kan biasa, dilakukan banyak orang. Kenapa pada saya kok sering dibesar-besarkan, "tuturnya saat meluncurkan sebuah album baru.

Sementara itu dari kota Ciamis diperoleh penjelasan, Sofiatun Wahyuni (22) yang akrab disebut Atun, bersama tiga rekannya berkendaraan sedan berwarna putih tiba di kuburan almarhumah Nike Ardila di Desa Ibanegara, Kabupaten Ciamis, setelah menempuh perjalanan sekitar 3,5 jam, dari Bandung Selasa siang. Meski tiada ungkapan kata-kata yang pas, namun Atun terlihat menangis sangat histeris seraya meneteskan air matanya di pusara almarhumah.

Atun yang lolos dari kecelakaan maut yang menewaskan Nike Ardila di Jalan Martadinata, Bandung pada hari Mianggu (19/3) sekitar satu jam menangis di depan pusarat. Nama Nike Ardila disebut-sebutnya beberapa kali seolah tidak percaya sahabat kentalnya itu sudah tiada.

Atun mencurahkan luapan kerinduannya, kecintaannya dan kenangan masa lalunya sambil mencucurkan air mata. Tanah berwarna merah yang masih basah di atas pusara itu diremasnya kuat-kuat sambil menangis. "Keke kenapa kamu pergi," ujar Atun bernada memelas.

Meski kenangan masa lalu dengan Nike tampaknya sulit untuk dihapus namun Atun tampaknya berusaha menahan diri. Atun beberapa kali menengok ke belakang ketika akan meninggalkan makam sahabatnya. Keluarga besar Nike Ardila turut bersedih melihat ekspresi kesedihan Atun.

Atun di tengah-tengah keluarga almarhumah tidak begitu banyak bicara, kecuali hanya beberapa kata seperlunya. Sekitar pukul 17.00, Atun bersama rombongan pulang kembali ke Bandung. "Atun itu sudah seperti keluarga besar kami sehingga tidak dianggap orang lain lagi. Peristiwa ini hanya kecelakaan biasa. Namun begitu, Atun sebaiknya menjernihkan persoalan ini. Sebab, segala kemungkinan berkaitan dengan kecelakaan ini bisa saja terjadi.

Masalah ini sangat penting sehubungan dengan adanya berbagai informasi, terutama di berbagai media masih simpang siur," tutur salah seorang anggota keluarga Nike, yang enggan disebutkan namanya itu. Namun sebegitu jauh, pihak keluarga tersbut selama Atun di Desa Ibanagara tidak banyak bertanya, menyangkut peristiwa kecelakaan tersebut. Alasannya antara lain Atun tampaknya masih diliputi kesedihan sehingga dikhawatirkan ditafsirkan lain.

Nike, yang punya nama asli Raden Rara Nike Ratnadilla, sejak kecil sudah senang menyanyi. Ketika di SMP, ia digembleng Denny Sabri, seorang pemandu bakat. Nike Ratnadilla (belum menjadi Ardilla, Red) dimasukkan dalam trio penyanyi, Dennys Angels, bersama Lady Avisha dan Cut Irna.

Trio Dennys Angels sering ditampilkan bersama penyanyi Nicky Astria, yang pada akhir 1980-an namanya sudah lebih terkenal. Untuk engembangkan bakatnya, Nike yang dikenal bertubuh indah dan mulus, keluar dari kelompok Dennys Angels. Ia ingin menapak karier sendiri.

Untuk itu, ia ditangani Deddy Dores, aranjer sekaligus pencipta lagu "Bintang Kehidupan". Lagu ini yang membuat popularitas Nike kian melangit. Sampai kini Nike telah meluncurkan sekitar enam album dan yang saat ini beredar sebagai album terakhir adalah "Sandiwara Cinta".

Sebagian dari penghasilannya disumbangkan untuk mendirikan sekolah buat anak- anak cacat mental. Sekolah yang berlokasi di rumahnya di Jalan Parakan Saat. Sekolah ini memiliki siswa-siswi sekitar 40-an orang. "Sebagai penyanyi, saya punya obsesi membantu anak-anak kecil..." ucapnya kepada sejumlah wartawan semasa hidupnya.

Album Rekaman
Setelah mendengar Nike Ardila tewas dalam kecelakaan di Jalan Martadinata, Bandung, penggemarnya yang ada di Medan dan sekitarnya buru-buru membeli album rekaman penyanyi yang memulai kariernya sejak berusia 14 tahun itu. Kasetnya menjadi laris di kota Medan dalam tiga hari terakhir ini, apalagi radio swasta yang ada di kota itu juga memutar kembali lagu-lagu penyanyi muda usia berwajah ayu itu.

Lagu Nike pertama berjudul Seberkas Sinar ciptaan Dody Dores, dan sekaligus mengangkat penyanyi ini ke puncak tangga-tanga lagu pop nasional delapan tahun lalu, menjadi serbuan fansnya di Medan. Namun seperti yang diungkapkan penjual kaset di Jalan Pandu, Medan, kepada Pembaruan Rabu (22/3) siang, stok album Nike Ardila dengan lagunya Seberkas Sinar sangat sedikit. "Banyak penggemar mencari lagu itu. Tapi stok kami sangat terbatas," ujar Chandra. Sebagai pengusaha yang melihat peluang pasar, Chandra mengakui, sejak mendengar kematian Nike Ardila, iapun tak henti-hentinya memutar kaset penyanyi itu. Ternyata pembeli berdatangan untuk memiliki kaset penyanyi yang dilahirkan 27 Desember 1975 di Bandung.

Seorang pembeli mengakui, ia merupakan penggemar berat Nike. Suaranya yang merdu dan penampilannya yang bersahaja membuat kita benar-benar kagum atas penyanyi itu. "Sejak dahulu saya penggemar Nike Ardila," kata Dermawan yang tengah memilih album Nike berjudul Nyalakan Apinya. Ia mengaku, album itu pernah dimilikinya, namun hilang dipinjam teman. Menurut Chandra, album Nike Ardila dalam tiga hari ini sangat laris terjual di tokonya. Harga satu kaset Rp 6.000. Dan satu harinya bisa laku sampai antara 50 sampai 60 kaset. Ini baru di toko milik Chandra belum di toko lainnya, yang kondisinya juga sama. "Sebelumnya ini jarang terjadi," ujarnya.

Lagu Bintang Kehidupan Nike yang direkam tahun 1990 dan menerima penghargaan BSAF Award merupakan yang terlaris dalam tiga hari ini. Inilah gaya penggemar Nike Ardila di Medan. Sebagai penghormatan terakhir atas kepergiannya, fans Nike Ardila mengalunkan lagu-lagu penyanyi idola mereka yang kini telah tiada dan pergi untuk selama-lamanya memenuhi panggilanNya.

Palembang, Sumatera Selatan, kaset terbaru Nike berjudul Sandiwara Cinta, sudah sulit didapat di toko-toko kaset seperti di kawasan Jl TP Rustam Efendi, pusat perbelanjaan Pulo Mas Plaza dan Internasional Plaza. Menurut sejumlah pemilik toko kaset Kamis (23/3), kaset Sandiwara Cinta Nike sudah habis terjual sejak Rabu (22/3). Sementara permintaan masyarakat yang menanyakan kaset tersebut masih cukup banyak. Pegawai distributor kaset Gumarang, Liana, yang dihubungi juga mengatakan stok kaset itu sudah habis.


(Suara Pembaruan, Kamis, 23 Maret 1995)

Tidak ada komentar: