Rabu, 01 Juli 2009

Kemuliaan Hati Nike




Pagi itu,Minggu 19 Maret 1995,Bandung berduka.Salah seorang putri terbaiknya,Nike Ratnadilla meninggal dunia dalam usia yang masih sangat muda,19 tahun.Mojang priangan yang sampai akhir hidupnya berprofesi sebagai penyanyi,bintang iklan,pemain sinetron,dan model itu,meninggal dunia dalam kecelakaan di jalan Riau (dulu RE.Martadinata ),Bandung.
Mobil Honda Civic Genio biru metalik dengan nomor polisi D 27 AK yang dikendarainya sendiri,menabrak pagar gerbang kantor Nata Usaha Abadi.Peristiwa tragis ini mengakhiri hidup penyanyi yang album albumnya selalu meledak di pasaran itu.Diantara jerit tangis dan rasa kehilangan kedua orangtuanya,kakak kakaknya,kerabat dan para sahabat.
Banyak yang tak percaya ketika mendengar kabar duka ini.Kenapa Nike pergi secepat itu? Kenapa harus dengan cara seperti itu Nike pergi?
Innalilahi Wainailaihi Rojiun,sesungguhnya kita dari Allah dan kembali padaNya.Tuhan sudah memangil Nike Ardilla untuk kembali padaNya.Hanya doa yang bisa kita persembahkan,agar Nike mendapat tempat yang layak di sisiNya,dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan.


"...Neng sudah pergi....." Hanya itu kalimat yang bisa keluar dari mulut ibunya,pada setiap tamu yang datang mengucapkan ucapan belasungkawa.
Kalimat memilukan yang mengalir dari bibir sang ibu ini,rasanya tak cukup untuk menjelaskan kesedihan yang dia rasakan.Air mata kemudian yang banyak berbicara.Mengungkapkan rasa kehilangan akan kepergian mendadak si putri bungsu.Bukan hanya ayah dan ibunya,kakak kakaknya,keluarganya yang merasakan kehilangan dan kesedihan mendalam.Hampir semua yang datang ke rumah duka tak bisa menahan tangis.Semua terjadi begitu cepat.Gadis manis yang semasa kecilnya bercita cita ingin menjadi pramugari,agar bisa terbang mengelilingi dunia,kini sudah terbang....jauh....sangat jauh....

" Saat mendengar suara benturan,saya lari mendekati tempat kejadian.Saat itu saya melihat orang orang membopong seorang wanita dari dalam mobil yang penyok sebelah kanan.Lalu saya mendekati mobil,dan di dalam ada wanita lain yang sudah tidak bergerak.Tangannya terangkat ke atas.Darah mengalir dari telinga dan bibirnya.Dan ketika diangkat,jok kursi yang didudukinya tergenang darah.Semula saya tidak tahu siapa dia.Baru ketika polisi datang dan memeriksa tanda pengenal korban,saya tahu kalau itu Nike Ardilla," cerita Yadi karyawan SPBU yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat kejadian.
Keterangan ini diperkuat oleh beberapa saksi mata lain,diantaranya Asep,pengemudi taksi yang sedang mencari muatan dan Anom penjaga kios rokok yang berjarak 25 Meter dari tempat peristiwa tragis itu terjadi.
Menurut mereka,mobil Keke,menuju ke Jalan Ahmad Yani,satu jalur dengan kantor Nata Usaha Abadi itu.Sesaat mobil kelihatan oleng sebelum akhirnya slip ke kiri dan bagian kanan mobil kemudian membentur keras tembok pintu masuk kantor tsb.

Keke yang saat itu mengenakan kaus merah muda dan jeans,langsung dilarikan ke rumah sakit Hasan Sadikin dengan mobil Pick Up.Tapi....nyawanya sudah tidak tertolong lagi.Sedang kawannya,Sofiatun yang saat kejadian berada di dalam mobil yang sama ,meski tak sadarkan diri selama beberapa jam dan sempat dirawat di RS. St.Yoseph,Bandung.
Tiga hari terakhir sebelum Keke mengalami kecelakaan,memang hari yang melelahkan bagi Keke.Dia tengah menjalani syuting dua sinetron sekaligus, Trauma Marissa dan Warisan II .
Hari Kamis dan Jumat,ia mengikuti syuting Trauma Marissa di Lenteng Agung dan Pasar Minggu,Jakarta.Jumat pukul satu dini hari,setelah syuting selesai,Keke langsung menuju kontrakannya di Jl.RS.Fatmawati,Jakarta Selatan.
Pagi itu ia masih menerima kawan kawannya,Deddy Dhukun dan Melly Goeslow.Mereka ngobrol hingga pukul lima pagi.Setelah itu,Keke pergi ke Bogor,untuk syuting Warisan II .Seusai syuting,kira kira pukul 23.00,Keke langsung balik ke Bandung.Tidak lama di rumah,ia pamit untuk pergi menyaksikan show temannya di diskotik Studio East,Bandung.Pukul 03.00 dinihari,Keke sudah terlihat di POLO Dischotique & Pub ,di lantai 15 BRI Tower,Jl.Asia Afrika,BAndung.
" Malam itu jam satu dan jam tiga dinihari,teteh Keke masih sempat menelepon kami.Kebetulan yang nerima Teh Mona,saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan," kenang Fitri,sahabat kental Keke.
Sebelum melanjutkan jadwal syuting di Bogor keesokan harinya,Keke sempat menjemput Atun,ke rumah untuk ambil pakaian.Dalam perjalanan pulang itulah,peristiwa nahas itu terjadi dan merenggut si Bintang Kehidupan.
Jenasah Keke dimandikan di rumah orangtuanya,Jl.Parakan Saat 1/37,Bandung.Dan kemudian pukul 13.30 WIB,dibawa ke Imbanagara Ciamis untuk dimakamkan di pemakaman keluarga.

Semasa hidup,Nike punya obsesi yang terpuji : Memiliki Sekolah Luar Biasa untuk menampung anak anak cacat mental yang tak mampu.
" Ceritanya suatu hari Nike jalan jalan sama papi,terus melihat anak anak cacat mental yang hidup mengelandang.Secara spontan Nike bilang sama papi,bagaimana kalau kita menditikan SLB,untuk menampung mereka yang hidupnya kurang beruntung itu," kata Nike Ardilla,dalam wawancara bersama Bintang Indonesia beberapa waktu lalu.
Setelah dana yang dimiliki dirasa cukup ,Nike pun mewujudkan impian terpujinya itu. " Kebetulan paman Nike ada yang bergerak dalam pendidikan Luar Biasa,jadi semuanya bisa lancar.Saya bahagia sekali waktu itu.Bagaimana pun juga,anak anak itu berhak mendapatkan pendidikan.Bahagia sekali rasanya saya bisa berbuat sesuatu bagi mereka," kata Nike,tentang SLB nya yang ketika itu menampung lebih dari 40 anak cacat mental.
" Makanya,beli donk kaset Nike,selain untuk mengetahui perkembangan music di tanah air,siapa tahu bisa membantu SLB Nike," tambahnya.Agaknya penggemar Nike memenuhi harapannya.Itu terbukti dari larisnya setiap kaset yang berisi lagu lagunya.Terlepas dari itu,Nike memang mempunyai penggemar yang banyak.
Banyaknya penggemar yang mengidolakannya,inilah salah satu kekuatan Nike sebagai artis.Namanya seolah sudah menjadi jaminan sukses setiap produk,entah sinetron,kaset,atau pun iklan.

Dalam usianya yang masih begitu belia, Nike Ardilla sudah dberi kesempatan untuk melakukan banyak hal.
Tapi dalam usia yang belia itu pula Tuhan memanggilnya.
Kita serahkan semuanya pada Tuhan,karena betapapun keputusanNya adalah yang terbaik.
Jasad Nike memang telah pergi.
Tapi kenang kenangan tentang dia masih hidup dibenak keluarganya,sahabatnya,dan penggemarnya.


[FITRIANI : Belajar Untuk Tidak Tergantung Orang Lain]

Barangkali Fitri lah orang yang paling disayang dan dijaga Nike.
Sejak kecil,keduanya memang sudah erat.
Pokoknya,Fitri menertawakan apa yang ditertawakan Nike,dan menangisi apa yang ditangisi Nike.
Tak ada rahasia,tak ada bohong.
Boleh jadi kedekatan itu disebabkan perasaan senasib.


" Saya dan Nike sama sama kurang puas dengan keadaan rumah.Tidak sampai Broken Home,tapi cukup banyak untuk membuat kami menyimpan kegelisahan," kata Fitri mencoba menguraikan perasaanya.
Sebagai anak muda,keinginan untuk didengar yang tidak tersalurkan dengan baik,sangat menyakitkan." Saya tahu,saya disayang,tapi kadang saya merasa caranya salah," adu Fitri tanpa menyalahkan siapa siapa.

Meski sangat erat,Fitri toh menyadari posisinya yang hanya sebagai sahabat.Selalu ada batas yang tak dapat membuat mereka benar benar sepaham.
" Saya dan teteh memang saling mendengar dan mendukung,tapi kami menghormati keputusan masing masing," jelas Fitri. Soal pacar pacar Nike,umpamanya ,Fitri tahu seluk beluknya. " Sedih ceritanya,tapi saya tidak dapat terus terusan menasihati.Kalau sudah menyangkut cinta,susah deh," kenangnya.

Sering Fitri merasa kasihan kalau melihat Nike mau melakukan apa saja yang dikehendaki pacarnya,meski terkadang merusak jadwal yang sudah disusun jauh jauh hari." Begitulah teteh.Dia itu sangat baik,bahkan terlalu baik pada orang lain.Dia tidak berani menolak.Sifat itu jadi kelebihan sekaligus kekurangan dia," tutur Fitri seperti menyesalkan.

Bertahun tahun bersahabat, Fitri sempat limbung begitu orang yang dijaga dan menjaganya dengan setia sudah tidak ada lagi.Orangtua Fitri tahu gejolak hati Fitri," Mereka mengingatkan saya untuk tidak larut dalam kesedihan.Saya juga inginnya begitu,tapi mana bisa sih?" Fitri bertanya,kalau sudah begitu,Fitri jadi menyesalkan kepergian Nike.
" Aduh...coba teteh masih ada...."Demikian biasanya Fitri mengeluh.Dalam kesedihan itu,Fitri menghentikan kursus yang diikutinya. " Teteh yang waktu itu emmbiayai.Saya tidak dapat berkonsentrasi belajar," jelas Fitri.
Untunglah Fitri tidak kehilangan kendali.Sekarang ia kuliah di AMIK Bandung (dah lulus kali kalo skrg),meski merasa kurang sreg dan masih memikirkan kemungkinan lain." Pokoknya ingin cepet-cepet ngantor," cetus Fitri polos.
Lalu kemana sekarang Fitri mengalihkan segala cerita? Ada beberapa teman yang dianggap Fitri dapat sama dipercayanya seperti Nike...Tapi toh kegelisahan tak akan hilang hanya dengan cerita bukan? Itulah sebabnya Fitri juga belajar mengkoreksi diri dan mengambil hikmah dari peristiwa tragis yang menimpa sahabatnya." Yah,saya harus belajar tidak tergantung dari orang lain dan menyadari keberuntungan -keberuntungan yang saya punyai," demikian kata Fitri.
Semoga bisa begitu seterusnya ya Fit.......

Tidak ada komentar: