Sabtu, 04 Juli 2009

Panggung Sandiwara Kita. . . .



Dalam sebuah perbincangan makan malam, aku bertanya pada seorang teman tentang satu hal yang sangat membuat penasaran dalam diriku sendiri. bukan kegelisahan. apalagi kasihan.

Apa tujuan hidupmu?

Bilamana kemudian aku mengulang sebuah analogi dari lagu (almh) nike ardilla yang menjerit melengking tinggi melambungkan �panggung sandiwara� .. bolehkah kita bersama menempatkan kehidupan yang kita jalani sebagai panggung tersebut. tentunya di sana ada aktor dan aktris. ada latar belakang. setting panggung, tata cahaya, blocking dan sebagainya.

Yahh, karena aku yang bertanya, maka aku menjadi penonton. dan karena kamu yang aku tanyai, maka kamu adalah pemain di atas panggung sandiwara tersebut. kamu adalah aktor yang sedang aku tonton. aku mencoba menikmati. adakah alur di sana? adakah pesan di sana?

Tentu ada sutradara .. tapi dia tak berhak bertindak ketika sang aktor dan sang aktris sedang berlaga. tapi aku yakin, sutradara sangat berkuasa pada saat mengawali dan mengakhiri sebuah pementasan di atas panggung sandiwara. saat itulah, aktor dan aktris adalah mencoba memahami alur dan pesan cerita.

Atau kemudian aku adalah penonton yang tidak baik dan bodoh karena tidak paham dengan cerita yang sedang kau mainkan? atau aku terlalu berpikiran sempit sehingga tak mampu melihat garis besarnya?

Tapi aku punya hak untuk mencemooh. dan tak segan-segan meninggalkan pementasanmu. dan tak akan melihat lagi laga di atas panggung sandiwaramu, teman!

Tidak ada komentar: