Sabtu, 04 Juli 2009

[Sukses Nike Ardilla, Polos dan Jujur]



Tujuh belas tahun yang silam (untuk menunjuk tahun 1989, artikel asli : enam tahun yang silam, artikel ini terbit tahun 1995) seorang gadis, pelajar SMP, bernama Nike Ratnadilla, dengan diantar ibunya, meminta peran dalam film "Si Kabayan Saba Kota". Skenario Si Kabayan pun diubah, dengan menampilkan sosok penyanyi, yang mengalunkan sebuah lagu ciptaan Harry Roesli. Tapi sebelum Nike menerima peran tersebut, sempat dites dulu di ruangan kantor produser untuk menyanyikan sebuah lagu. Ketika itu Nike menyanyikan lagu Paramitha Rusady yang tengah populer, Nostalgia SMA. Harry Roesly, yang mendengarkan suara Nike dengan seksama langsung berbisik: "Boleh juga. Suaranya Komersil, euy! leu budak, tinggal dipoles sedikit, bakal jadi penyanyi populer!" Penilaian Harry Roesli ternyata tidak meleset, setelah Nike menyanyikan lagu Deddy Dores Bintang Kehidupan, namanya langsung melejit sebagai penyanyi populer.
Maka ketika Nike diberi kepercayaan sebagai pemeran utama film "Si Kabayan dan Anak Jin", harus diakui, karena pihak produser sudah mengetahui popularitas Nike. Saat itu Harry Roesli melihat langsung dampak dari sukses Nike dalam dunia tarik suara, yakni Nike sudah menjadi Nike Ardilla, dan datang ke kantor produser, PT. Kharisma Jabar Film dengan mengendarai sendiri sedan Honda Accord-nya. Toh ketika Nike hendak memutuskan untuk menerima peran Nyi Iteung, ia sempat bimbang. Bukan karena persoalan honorariumnya, tapi karena ia menunjukkan sikap toleransi yang besar terhadap sesama artis.
"Bagaimana dengan Teh Mitha? Apakah ia tidak akan tersinggung?" ungkapnya.

Pada dasarnya Nike adalah gadis penurut, bahkan patuh pada aturan. Sikap itu pula yang membuat Nike disiplin terhadap jadwal shooting, dan selalu "takut mengecewakan orang lain". Tidak heran jika orang-orang yang merasa telah membina Nike, apakah itu Denny Sabri, Rachmat DST Adji Esa Putra, dan yang lain-lain, tidak melihat perubahan dari sikap Nike pada saat belum populer dan setelah sangat populer. Artinya Nike tetap hormat dan menempatkan diri sebagai anak didiknya. Sikap "rendah hati" Nike, dirasakan pula oleh Putu Wijaya, ketika menyutradarai Nike Ardilla dalam sinetron serial "None". Putu menilai Nike sebagai pemain yang berkemauan keras untuk mencapai yang terbaik dan selalu patuh menjalankan apa yang diinginkan sutradara. Dengan kata lain, Nike memang selalu belajar dari kekurangan, sehingga ia senantiasa menempatkan dirinya sebagai murid.

Sukses yang dicapai Nike Ardilla, barangkali bisa disamakan dengan sukses yang dicapai oleh Hetty Koes Endang atau Nicky Astria. Potensi yang ada pada mereka bisa berkembang dan mencapai puncak popularitas, karena dukungan total dari lingkungan, terutama keluarganya. Hetty Koes Endang misalnya, bisa sukses karena tak lepas dari peran ibunya. Sedangkan Nicky Astria, sangat didukung oleh kakak-kakaknya. Persamaan lain dari ketiga penyanyi itu, bisa konsisten dalam mempertahankan popularitas.
Problem yang kemudian harus dihadapi Nike adalah kesiapan mental dia dalam menghadapi pergaulan di luar lingkungan keluarganya, disaat ia menghadapinya dengan kepolosan dan kejujuran. Nike dan keluarganya terlalu baik dan terlalu longgar, sehingga siapa saja akan merasa diperlakukan secara menyenangkan, termasuk para penggemarnya.

Kalau kemudian banyak yang menangisi, meratapi, atau sangat kehilangan, ketika Nike meninggal dunia dalam suatu kecelakaan yang tragis, itu adalah bukti otentik dari sikap Nike yang selalu menyenangkan jutaan orang. Bukti dari toleransi sosialnya yang sangat tinggi. Rasanya wajar kalau banyak yang marah atau tersinggung, jika ada yang mengungkit kekurangan dan kelemahannya. Bagaimanapun juga, terlepas dari kekurangan dan kelemahannya, Nike telah berhasil menjadi sosok yang dicintai sesama artis, jutaan penggemar, keluarganya, dan siapapun yang ingin mengenalnya. Sikap kekeluargaan yang dibina orangtuanya, bahkan terasa mengharukan ketika ibunya bicara tersendat. "Jangan karena Nike sudah tiada, lalu melupakan rumah ini, tak datang lagi ke rumah ini."

Memang tidak gampang menemukan artis yang sangat populer tapi juga sangat rendah hati, yang selalu takut menyakiti perasaan siapa pun. Justru disitulah kelebihan Nike Ardilla. Dan begitu banyak kesan baik dan menyenangkan yang melekat dalam benak teman-teman seprofesi, guru, dan produsernya. Sesuatu yang menjadikan Nike selalu hadir dan kenyang dengan penghargaan. Dan Nike meninggal dunia, kecuali masih terlalu muda, justru di saat berada di puncak popularitas, baik itu di dunia nyanyi maupun sinetron. Pada saat orang-orang masih membutuhkan kehadirannya dan uluran tangannya.

Tidak ada komentar: