Sabtu, 27 Juni 2009

I HAVE A VERY BIG PROBLEM



Bagi pemandu bakat Denny Sabri, hubungan dengan para artisnya sudah seperti ikatan bathin. Kontak bathin itu pula yang membuatnya membelokkan kemudi mobilnya ke arah rumah Nike Ardilla, Minggu pagi 19 Maret lalu. "Saya tadinya mau menuju Garut untuk membeli obat ibu saya. Ketika sampai di dekat rumah Nike, saya bilang ke teman saya, kita mampir sebentar ya" jelasnya pada Jakarta-Jakarta dalam perjalanan menuju Bandung, Sabtu sore 25 Maret.

Firasatnya ternyata benar. Ibu Nike yang berdiri di depan rumah, segera berlari ke dalam begitu melihat Denny. Kerabat Nike yang menemuinya berbisik, "Mobil Nike tabrakan. Ada yang luka berat dan dilarikan ke rumah sakit". Denny segera menelepon stafnya untuk mengecek informasi itu.

Tak lama kemudian telepon genggamnya berdering dan Denny pun lemas. "Nike telah meninggalkan kita" kata suara diujung pesawat. Denny segera mengontak Dedy Dore$ di Surabaya. Deddy lah yang melahirkan tembang tembang unggulan bagi Nike yang melejitkannya ke peringkat atas dunia pop kita. Seberkas Sinar, Bintang Kehidupan, dan Sandiwara Cinta adalah beberapa diantaranya.

Denny lantas berkisah tentang perjumpaannya yang terakhir dengan Nike di hari kedua Lebaran lalu. Pagi itu jam 10.00, Denny mampir ke rumah Nike. Dara berusia 19 tahun yang ditemukan Denny di usia 11 tahun masih terlelap. "Bangunin tuh, masih molor si Neneng" ujar ibunya. Pengorbit lady rockers Nicky Astria dan Mel Shandy serta aktris Merriam Bellina dan Chintami Atmanegara ini, memasuki kamar yang berhiaskan foto artis Marlyn Monroe pujaannya. "Begitu membuka mata, Nike mencium tangan saya. Tidak pernah dia begitu. Ketika kecil saya suruh dia cium tangan, dia malah lari!" kenang Deny. Putri bungsu karyawan Perumka, Rd. Eddy Kusnadi dan Ningsihrat lalu berbisik lirih padanya sambil masih tergolek di ranjangnya, "I have a very big problem". Ia pun meminta waktu bertemu dengan Denny untuk bicara panjang masalah pribadinya. Sayang, hingga menemui ajal. Nike tak sempat mengutarakan masalah besarnya itu pada Kang Denny.

Menjelang Lebaran itu pula, Nike menagih janji Denny untuk menemaninya menonton konser musisi asing. Denny pernah bertuah pada Nike tentang pentingnya belajar dari penyanyi asing. Nike dengan tiga temannya, diantaraya Fitri, gadis yang menjemput Atun menengok pusara Nike di Ciamis - menuju Bangkok untuk melihat konser kelompok Pearl Jam, dan ke Singapura untuk menyaksikan pentas Janet Jackson.

"Dia memang sedang tergila-gila pada vokalis Pearl Jam, Eddie Vedder" kisah Denny, 44. Rencana membawa Nike ke pentas dunia pun tinggal kenangan. Beberapa hari setelah musibahnya, rencananya Nike menuju Malaysia untuk menerima penghargaan sebagai penyanyi asing favorit. "Dia juga sudah punya penggemar cukup banyak di Brunei dan Sigapura" kata Denny.

Maka berembuklah ia dengan Iwan, calon produser baru Nike dari perusahaan rekaman Blackboard untuk memasarkan Nike di negeri tetangga. Pengusaha Setiawan Djody pernah memanggil Nike untuk membahas rencana rekaman di Amerika. Perusahaan rekaman Sony, labelnya Michael Jackson.


SUMBER : HARIAN MINGGUAN 'JAKARTA-JAKARTA'
EDISI : NO. 456
Tanggal: 1 - 7 APRIL 1995

Tidak ada komentar: