Minggu, 28 Juni 2009

Tanda Mata yg Blm T'sampaikan

.

NA dalam Kenangan Kartini

Tolong foto Keke dibesarkan.Buatkan yang bagus ya! Cetak diatas kertas kanvas, beri bingkai berukir warna emas. Pokoknya bikinkan yang istimewa ya. Hari Sabtu ini sudah harus Keke terima...," kata Nike Ardilla lewat telepon. Dan Minggu pagi, penyanyi jelita ini berpulang...

Wartawan KARTINI memang sudah beberapa kali bertemu Nike Ardilla. Sebagai artis dan pujaan kaum remaja, tentu ada saja kesempatan untuk berbincang-bincang dengannya, entah itu untuk urusan wawan- cara, pemotretan, atau sekedar ngobrol2x di sela acara yang dihadi-rinya. Tetapi toh pertemuan terakhir dengannya menjadi sangat me ngesankan. Nike dipotret untuk rencana sampul depan Majalah KARTINI.

Artinya, ia harus 'digarap' sedemikian rupa, sehingga terlihat dewasa, sebagaimana ciri khas KARTINI. Tetapi, anehnya, kali ini Keke punya permintaan2x khusus. Ia minta dirias oleh Hengky Salon yang rupanya diharapnya bisa membuatnya tampak lebih sensual, mirip Marlyn Monroe ,bintang pujaannya. Ia juga minta busana rancangan Biyan. Dipilihnya pakaian berbulu, seakan ingin mempersonifikasikan dirinya dengan bintang legendaris Amerika itu. Yang juga tak kurang anehnya, dia minta agar tak mengenakan satu jenis aksesoris pun. Pokoknya apa adanya!

Dan foto itulah yang menghiasi sampul KARTINI No.541, nomor yang memang sudah dipersiapkan jauh hari. Diluar dugaan, terbitan kali ini langsung 'diserbu' pembaca dalam beberapa jam setelah terbit. Padahal, terus terang, KARTINI tak punya persiapan memadai untuk menuliskan sebersit kenangan, sebagaimana mestinya. Dan memang demikianlah adanya. Tak seorang pun bisa menduga, kapan seseorang pergi meninggalkan kita, semata-mata karena hal itu menjadi hak mutlak Sang Pencipta.

Dan semua orang memang hanya bisa terkejut, lalu membalik-balik kenangan seraya menebak-nebak, agaknya dia telah meninggalkan firasat. Seperti ketika Nike menelepon fotografer KARTINI, Poltak Pangabean, beberapa hari sebelum musibah. "Tolong foto Keke itu dibesarkan," katanya diseberang sana. Permintaan seperti itu memang wajar saja disampaikan para model. Tetapi Keke kemudian melanjutkan "Buatkan yang bagus ya! Cetak diatas kertas kanvas, beri bingkai ukir warna emas. Pokoknya harus yang istimewa ya". Lalu diteruskan nya, "Keke berharap bisa menerimanya hari Sabtu besok." Mengapa harus hari Sabtu? Saat itu, Nike menelepon hari Rabu. Dan ternyata studio tak bisa melayani permintaan cetak kanvas sece pat itu. Dan ketika hal itu disampaikan lagi kepada Nike, ia terkesan sangat kecewa karenanya.

Dan ternyata... foto itu tak pernah sempat diterimanya. Minggu pagi Keke mengalami kecelakaan yang menewaskan dirinya. Ada rasa sesal yang sukar diungkapkan. Seandainya..., ya seandainya foto itu bias diterimanya hari Sabtu itu..? Atau, adakah itu merupakan firasat bahwa ia akan pergi jauh dan jauh sekali, lalu berharap foto itu juga ikut menyertainya ke pemakaman, sebagaimana sering dilakukan oleh keluarga2x lain ketika mengusung jenazah keluarganya? Wallahualam...

Foto penuh kenangan itulah yang diserahkan KARTINI kepada orangtua Nike Ardilla, persis seminggu setelah kejadian, dalam acara tahlilan di rumah keluarganya di JL. Parakan Saat, Bandung.

"Duh..., rasanya Neneng seperti hidup kembali dan berada ditengah- tengah kita," kata Ny. Nining Kusnadi, ibunda Nike, dengan suara tertahan, saat menerima foto berbingkai ukir dengan warna keemasan itu dari fotografer Poltak Pangabean. Lama foto berukuran besar itu diperhatikan dalam-dalam. Matanya basah. "Neneng...," katanya, hampir-hampir tak terdengar.

Sumber : Majalah KATINI, April 1995.

Tidak ada komentar: