Minggu, 28 Juni 2009
Melly Goeslow:"shock ditinggal Nike Ardilla"
Sudah 10 tahun ia berkarier dan Melly menandainya dengan peluncuran buku kumpulan cerpen serta film Tentang Dia. Dunia musik memang tak ada dalam bayangan Melly, meski bakatnya sudah terlihat sejak kecil. Ia lebih suka jadi pegawai bank. Belakangan, ibu dua anak ini pindah ke Jakarta dan tinggal bersama mendiang Nike Ardilla. "Dia sahabat sekaligus teman seperjuangan hidup di Jakarta." Tak heran jika Melly terus menangisi kerpegian Nike yang begitu mendadak. Berikut sepenggal perjalanan hidup dan karier Melly.
Awal 95 aku hijrah ke Jakarta, mengadu nasib. Aku pikir, daripada tidak kuliah dan luntang-lantung di Bandung, mending ke Jakarta. Selain itu, di Jakarta ada sahabatku, almarhumah Nike Ardila. Kebetulan rumah kami di Bandung bertetangga. Hubungan keluarga kami pun sangat dekat. Saking dekatnya, aku dikira salah satu putri mamanya Nike karena hidungku yang tidak terlalu mancung. Sebaliknya, Nike dikira orang anaknya Mama, karena bentuk hidungnya yang agak mancung.
Mama yang sudah mengenal Nike, memberi izin aku tinggal di Jakarta dan numpang di kontrakan Nike di Jalan Mangga, Pluit, Jakarta Utara. Nike waktu itu sudah jadi penyanyi tenar. Makanya aku jadi sering berkenalan dengan musisi kenamaan Jakarta, saat mengantar Nike nyanyi di berbagai tempat. Sampai akhirnya aku dapat tawaran nyanyi dari satu studio ke studio lainnya sebagai backing vokal. Sebut saja Godbless, Ita Purnamasari, dan Harvey Malaihollo dan dibayar Rp 1 juta. Sekitar Maret, aku diajak Katon Bagaskara menggantikan backing vokalnya yang berhalangan hadir. Ternyata, aku malah bertemu dengan additional player Katon, Anto Hoed Bersemi. Feelingku mengatakan, dia jodoh yang diberikan Tuhan. Setelah kenal dan pendekatan sekitar dua bulan, kami saling jatuh cinta.
Baru 2 bulan mengenal Anto, aku terpukul kehilangan Nike yang mengalami kecelakaan mobil sampai merenggut nyawanya. Aku benar-benar syok, tak menyangka bakal secepat itu kehilangan Nike. Aku ingat banget, dia punya kebiasaan suka mandi malam pakai air dingin. Bagiku, sosok Nike adalah sahabat yang posesif. Tapi aku sangat suka bergaul dengan Nike. Tiap kali aku kenalkan cowok padanya, Nike selalu bilang tak suka dan melarang aku bergaul dengan mereka. Saking posesifnya, pernah cowok yang aku taksir dia ikuti. Sampai akhirnya Nike berhasil menunjukkan bahwa lelaki itu tidak benar dan punya banyak pacar. Anehnya, ketika aku kenalkan Nike dengan Anto, dia enggak pernah melarangku pacaran dengannya. Hanya Anto yang enggak dia komentari. Justru, saat aku jalan dengan Anto, Nike yang selalu mengingatkan. "Udah telepon Anto, belum?" Pokoknya, Nike sangat perhatian dan setuju banget aku pacaran dengan Anto.
Malam sebelum dia meninggal, ada kejanggalan yang aku rasakan. Tanda-tanda ini, baru aku bisa baca setelah beberapa hari dia pergi. Malam itu, dia sempat kasih kabar lewat pager. Waktu itu, kan, belum bisa beli HP karena masih mahal. Nike cerita, mobilnya nabrak beberapa kali. Baik kesenggol tiang atau nabrak tembok. Saat itu, posisiku di Jakarta dan Nike di Bandung. Sebenarnya kami janjian sama-sama ke Bandung. Tiba-tiba, aku dapat pager yang meminta aku segera pulang ke Bandung. Mama tak sampai hati mengabarkan Nike telah meninggal dunia. Katanya, Nike kecelakaan lalu lintas. Setibanya di Bandung, aku baru dikabari. Wah, aku benar-benar syok. Antolah yang banyak membantu menyembuhkan luka batinku karena kehilangan Nike, sahabat sekaligus teman seperjuangan selama hidup di Jakarta.
sumber:Starnova
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar