Minggu, 28 Juni 2009

Namaku Bukan Aurora (Bag.2)

Cerita Sebelumnya...:

Kukenakan Sunglasses, lalu turun dari mobil dan menguncinya.
Saat mendekati Genio tersebut, kembali terjadi keanehan. Orang-orang yang sejak tadi berkerumunan semuanya melakukan hal yang sama,
memandangiku dengan tatapan mata yang sangat asing.
Ada apa?
Apakah mereka mengiraku seorang makhluk planet Mars?


-----------------------------------------------------------------------------------

Mereka saling berbisik-bisik satu sama lain. Setelah berhasil menghalau keheranan, aku mencoba merubah suasana kaku itu.
"Maaf, siapa yang mengalami kecelakaan ini?" tanyaku pada seorang lelaki setengah baya.

Tak ada seorang pun yang menjawab. Tidak juga lelaki yang barusan aku tanya.
Mereka malah lebih tersentak lagi tatkala mendengar suaraku.

"Lihatlah, Aurora tidak meninggal. Orang yang meninggal dalam Civic itu bukanlah Aurora!" seru seseorang memecah kesunyian.
"Aurora masi berada diantara kita?" seorang gadis bertanya dengan nada tak percaya.
"Mereka membohongi kita! Siapa bilang Aurora mati?"
Sejenak aku mematung. Tak bisa menyimpulkan apa yang telah mereka katakan.
Mengapa mereka menuding aku? Siapa yang mereka maksud dengan Aurora?

Belum lagi aku selesai bertanya-tanya, seseorang mendekatiku.
Lalu dia menatapku lama sekali.

"Sejak semula kami tak percaya kalau kamu mengalami kecelakaan sampai meninggal.
Kamu ternyata masih berada disini?" ujarnya dengan muka yang berseri-seri.

"Siapa yang meninggal?" aku balas bertanya.
"Yang lain bilang kamu, Aurora..." seorang gadis menjawab mantap.
Aku tertegun. Jiwaku seakan melayang-layang tak karuan. Barulah aku mengerti sekarang. Rupanya Aurora yang mereka maksud itu adalah seorang penyanyi dan artis terkenal.
Pada mulanya dia hadir sebagai seorang penyanyi. Namun tak lama kemudian dunia model, film, sinetron, sampai bintang iklan dirajahnya.
Jelasnya dia seorang entertainer yang ulung dan penuh bakat. Padahal usianya masih belia, lima bulan lebih tua dariku.

Perihal orang-orang itu mengatakan bahwa Aurora masih hidup dan tidak mengalami kecelakaan, itu karena secara fisik aku mempunyai kesamaan dengan Aurora.
Bagai pinang dibelah dua, kata orang-orang sekitarku.
Rambut, tinggi, dan bentuk badan, alis, hidung, semua nya sama denganku.
Mataku lebih bulat dan berekspresif tajam, sedangkan milik Aurora terkesan sayu dan teduh.

Barangkali itulah sebab orang menganggap bahwa akulah Aurora, sementara yang berada dalam Civic itu hanyalah seorang yang mirip dengan Aurora.

=================bersambung============

Tidak ada komentar: