Minggu, 28 Juni 2009

Iklan Nike di TV Dihentikan



Jakarta, JP

Iklan pengharum mulut Pagoda Pastilles yang dibintangi Nike Ardilla, akhirnya harus dihentikan penayangannya. "Ini demi tenggang rasa, khususnya pada keluarga Nike," ujar Humas SCTV, Budi Darmawan, kepada Jawa Pos, kemarin.

"Saya kira, karena inisiatif ini datang dari produsen, maka tidak akan ada kekecualian. Jadi, setiap stasiun televisi yang pernah atau masih menayangi iklan yang dibintangi Nike itu, akan segera menghentikannya," lanjut Budi.

SCTV resmi menghentikan iklan Nike pada hari Selasa (21/3), setelah pihak produsen yang kebetulan berada di Bandung (kota Nike), minta untuk tidak lagi menayangkan iklan Pagoda Pastilles. "Secara bisnis, saya sendiri tidak bisa menjelaskan, siapa yang untung atau rugi dalam hal ini. Hanya saja, pihak produsen dgn tulus minta iklan tersebut dihentikan penayangannya," jelas Budi

Menurut pemantauan Jawa Pos, stasiun televisi lainnya, terutama RCTI, Indosiar dan TPI, juga tidak lagi menayangkan Pagoda Pastilles ini sejak Selasa (21/3). Bahkan RCTI, tampaknya tidak lagi menayangkan iklan itu sejak hari Senin (20/3). Ini berarti, "kebijaksanaan" produsen ditebar secara merata.

Pihak produsen sendiri yang dihubungi Jawa Pos kemarin belum bisa memberi penjelasan secara rinci. Seorang karyawan yang enggan di sebutkan namanya membenarkan kalau perusahaan yang memproduk Pagoda Pastilles sudah bernegosiasi dengan stasiun televisi untuk menghentikan iklan Nike itu, "tapi, saya tidak berhak memberi keterangan, mohon anda bicara dengan Ibu Hendra Somali atau Ibu Wati," katanya.

Secara hukum, memang tidak ada "pasal" yang mengatur, jika seseorang telah meninggal dunia, otomatis iklan yang dibintanginya juga ikut hilang. "Mungkin itu hanya sikap tenggang rasa dari pemilik barang saja. Atau mungkin juga ada sebab lain, " ujar Ny. Bagio.

Pelawak Bagio yang meninggal lebih dari setahun yang lalu, termasuk "aktor iklan" yang sangat disenangi dan sangat sering muncul di layar televisi. Misalnya, almarhum sangat dikenal dengan iklan Puyer Bintang Tujuh dan penyedap masakan Ajinomoto.

"Ketika itu, kami keluarga pada dasarnya memang tidak keberatan kalau toh iklan almarhum masih terus ditayangkan. Dia kan sudah jadi milik masyarakat. Tapi, itu tadi. Mungkin ada pertimbangan tertentu dari yang punya barang, " kata Ny. Bagio lagi. "Akhirnya, dua hari setelah meninggalnya, iklannya juga ikut hilang, "tambahnya.

Tidak ada komentar: