Minggu, 28 Juni 2009

Kronologis Kejadian





HARI-HARI AKHIR KEKE

18 Maret 1995, Sabtu

06:00 : Nike Ardilla di rumah kontrakannya,
Jl. Mangga No.10A, Fatmawati-Jakarta Selatan.
Ia tampak kelelahan setelah syuting Trauma
Marissa II yang makan waktu sembilan jam dan
baru berakhir pukul 02.00.
Adegan terakhir Nike sebagai Marissa adalah
mengadili dokter Parsidi (drg. Fadly).
Ada sejumlah temannya berkunjung sejak dini hari,
yakni Deddy Dhukun, Rany Noor, Melly Guslow, Mona,
Nona, Anggun dan Fitri.
Malam itu, Nike tidak bisa tidur dan minta Nona
menemaninya nonton film Cinderella di video VHS
yang baru dibeli. Ia juga sempat minta dido'a kan
dan berpesan agar Fitri sepupunya yang ikut dia
dijaga baik-baik.

08:00 : Nike dan Sofiatun Wahyuni (Atun)
menuju lokasi syuting Warisan II di Jl. Atletik, Bogor.
Mobil Nike dikemudikan Alim, sopir yang
dipinjam pak David, tetangganya di Jl. Mangga.

10.00 : Tiba di lokasi syuting.
Nike langsung minta maaf kepada seluruh kru.
Ia juga memeluk Darto Joned. "Lama sekali,
sampai-sampai saya tanya,
Kenapa kamu?", kata sang sutradara.
Ketika di make-up, tiba-tiba
saja Nike minta alisnya dirias bak Marlyn Monroe, idolanya.

12.30 : Syuting dimulai.
Nike mendapat jatah empat adegan.
Pertama terima telepon, disusul adegan
bertengkar dengan Bram (Tahta),
lalu makan sambil berdialog dengan ayahnya (El Manik).
Terakhir adegan turun tangga.
Nike sempat minta air jeruk, kecap, roti bantal.
Katanya untuk mengobati suaranya yang serak.
Ia juga minta rokok Marlboro kepada seorang kru,
padahal biasanya cuma menghisap Dunhil hijau.
*katanya udah serak, kok minta rokok lagi :)
Yang aneh saat syuting adegan bertengkar dengan Bram.
"Bagaimana mungkin satu scene yang mestinya rampung
setengah jam, makan waktu 3,5 jam" Tahta menceritakan kembali.
Menurut Tahta, berkali-kali Nike minta maaf
karena salah ucap. "Dia sering nambah-nambahin dialog.
Perkebunan jadi perkebunannan. Sebentar-sebentar
lihat skenario, seperti nggak ada yang nempel.
Saya sampai kehabisan akal.
Tapi anehnya para kru diam saja.
Padahal biasanya mereka suka nyeletuk."
Menurut Tahta, pada adegan ketika ia memegang pundak Nike,
terasa begitu dingin tanpa ekspresi.
"Kata orang, yang saya hadapi sebenarnya bukan Nike lagi,"
ujarnya sambil merinding.

19.30 : Syuting selesai.
Sebelum pamit ke Bandung, Nike sempat
memeluk Darto lagi. "Saya sempat mencegahnya
karena mengkhawatirkan staminanya,
apalagi esok paginya dia harus syuting lagi," kata Darto.
Karena tak bisa mencegahnya, Darto cuma berpesan
supaya hati-hati. Sebelum pulang, lagi-lagi Nike
minta alisnya dirias seperti Malrlyn Monroe.
Selama perjalanan ke Bandung, Nike tak banyak bicara.
Alim yang nyetir, Nike dan Atun duduk di jok belakang.

23.00 : Di rumah, Nike sempat minta maaf kepada ibunya.
"Do'a kan Neneng (panggilannya di rumah), agar tetap sehat.
Kalau ada kesalahan, hampura (maafkan; Sunda) saja.
Selama ini Neneng sudah menyusahkan Papi-Mami,"
katanya, seperti ditirukan Atun. Ny. Nining Ningsihrat,
ibu Nike meng'iya'kan saja, tanpa firasat apapun.

23.30 : Nike dan Atun meninggalkan rumah.
Nike yang nyetir, sementara Alim disuruh istirahat
karena besok kembali ke
Bogor.
Ditengah perjalanan ke diskotik Studio East,
Nike ditelepon Eddy Bogel, fotografer Aneka.
Ia diminta langsung ke Hotel Jayakarta
di Jl. Ir. Juanda, karena teman-temannya dari Jakarta
ingin ke Diskotik Pollo di Jl. Asia Afrika.
Dan Nike sudah janji mengantar mereka.


19 Maret 1995, Minggu.

00.00 : Nike dan Atun tiba di Hotel Jayakarta, Bandung.
Mereka langsung menuju Pollo dengan tiga mobil, bersama-sama
Eddy Bogel, Ari Sihasale dan seorang peragawati.
00.30 : Tiba di Pollo.
Nike bertemu dengan Titi Dj, Bucek Deep,
Lucy Dahlia dan lain-lainnya.
Malam itu Nike cuma pesan
orange juice, biasanya dicampur vodka.
Ia lebih banyak duduk sambil terdiam. "Saya dua tahun ikut dia,
jadi kenal betul kebiasaannya.
Nggak biasanya dia begitu," kata Atun.
03.00 : Mereka meninggalkan Pollo.
Nike melihat ban kiri mobilnya kempes.
Denny Mukti membantunya memasang ban
cadangan yang lebih kecil dari ban lainnya.
Nike sempat diingatkan Denny agar hati-hati. *pdhl cm kempes,
knp gak di-isi angin aja ya?, masa' sih gak ada bengkel 24 jam??

03.30 : Tiba di Restoran Kintamani, Jl. Lombok.
Nike sempat bilang sama Atun,
ingin makan makanan yang belum pernah ia makan,
Ia pesan sop jagung dan aqua.
Lagi-lagi ia banyak diam. Kepada Padma Sigit,
restauran captain, ia sempat bilang sambil menunjuk atap,
"Ada kucing." Sigit cuma tersenyum.

04.30 : Keluar dari Kintamani.
Nike lebih dulu mengantar Eddy Bogel dan Ari Sihasale ke hotel.

05. 15: Meninggalkan hotel Jayakarta.
Dengan kecepatan sedang saja karena mobil terasa tidak stabil,
mereka menyusuri Jl. Ir. H.Juanda, lalu masuk Jl. Sultan Agung,
Jl. Trunojoyo, Jl. Aceh, dan Jl. RE Martadinata.
Jarak Hotel Jayakarta dengan lokasi kecelaka'an
sekitar 6,5 km saja. Tapi agak mengherankan, kecelakaan
itu terjadi sekitar satu jam kemudian. *k'lo gitu kemana
dulu donk sebelumnya? Kok Atun gak mau cerita??

06.15 :..............................................

============THE END===========



Ini lah detik2 t'akhir kehidupannya.
Bagaimanakah proses kecelakaan itu terjadi?
Nike pun sesungguhnya ingin hindari tabrakan?


Temukan cerita selengkapnya, seperti:
- Saksi Mata Mengungkap
- Jeritan Kasih Seorang Ibu
- Nike Belum Siap jadi Bintang
- Lelah Lahir Bathin
- Komentar Mereka yang Dekat
- dan lain-lain......



"NIKE ARDILLA
(Di Balik Tragedi Bintang Kehidupan)"

Tidak ada komentar: