Minggu, 28 Juni 2009
Namaku Bukan Aurora (terakhir)
Oleh :Ela Tresnawati
Pemenang Berbakat LCCR ANITA/95
Cerita sebelumnya...
" Entah kebetulan atau tidak, kehidupan pribadiku ternyata berhubungan juga dengan kehidupan Aurora sebelumnya. Kamu tau kan, Gred, cowok yang jadi pacarnya Aurora ketika aku bertemu dengannya di tempat kecelakaan Aurora?
=============================== lanjutannya ==============================
Nah sekarang, Gred malah menjadi pacarku. Aku tak pernah berfikir untuk tidak menerima cinta yang ditawarkan Gred, hanya karena dia bekas pacar Aurora. Kalau memang aku dan Gred saling menyayangi, mau apa lagi?
Lagipula, aku berpikir bahwa ini adalah rahasia Tuhan dan mungkin keinginan Tuhan.
Puaskah aku menjalani kehidupan sekarang?
Orang mungkin akan berfikir aku begitu menikmati hidup yang sekarang. Mereka berkata, alangkah enaknya kehidupan Amara yang sekarang. Segala sesuatu bisa diperoleh mudah.
Namun bagiku tidak. Duniaku sekarang menjadi asing. Amara yang sekarang hidupnya terikat oleh segala macam jadwal-jadwal yang ada di agenda seorang manajer.
Lebih banyak berpura-pura dan menipu diri-sendiri. Saat tubuh dan jiwaku lelah, aku mesti tetap tersenyum dan ceria di depan fansku yang terkadang selalu menguntit kemanapun aku hendak pergi. Ironisnya lagi, aku lebih dikenal sebagai Auroroa 2 dibanding sebagai Amara.
Seperti senja ini. Saat lembayung merah mulai membayang. Dibalik kemudi yang aku parkir di sebuah kawasan puncak, aku banyak merenung dan berfikir. Dalam relung hatiku yang paling dalam, ada hasrat untuk segera meninggalkan dunia yang serba gemerlap ini.
Aku sudah jengah menghadapi seribu satu gosip *kalo kata Tomzed, di GOSok makin SIP :)) .yang dihembuskan media yang sebelumnya tak pernah mewawancaraiku. Diantaranya, aku mendompleng dan memanfaatkan kematian Aurora.
Ya Tuhan, padahal aku telah berjuang mati-matian untuk mengubah imej bahwa aku duplikat Aurora.
Selain gosip, aku dipusingkan dengan persoalan lain. Sutradara dan kru masih saja membanding-bandingkan aku dengan Aurora. Mereka selalu bilang kalau Aurora itu begitu, nggak seperti aku yang begini-begini.
Gila! Padahal aku kan bukan Aurora. Kalau memang mereka masih menginginkan Aurora, ya hadirkan saja Aurora kalau memang bisa.
Begitu juga dengan Gred. Lambat laun sikapnya yang dulu manis dan mau melupakan Aurora mulai berubah. Tadi siang aku bertengkar hebat dengannya. Belakangan ini Gred selalu menganggapku sebagai..., lagi-lagi Aurora!
Dia menuntut agar segala sikap dan perhatian yang kuberikan padanya setidaknya harusnya menyamai Aurora.
Gred. Seolah-olah dia memacariku hanya karena ingin menyambung percintaannya dengan Aurora yang ending nya mengambang! Ah, bodohnya aku tak menyadari sejak dulu.
Pikiranku semakin mumet saja, saat kubaca kutipan seorang peramal dalam sebuah majalah hiburan. Lewat prediksinya itu dikatakan bahwa seseorang yang dianggap Aurora sebagai pengganti nya, akan menemui nasib yang sama seperti yang dialami Aurora.
Sama-sama mengalami kecelakaan! Sialnya, entah mengapa aku terpengaruh oleh prediksinya yang sableng itu!
Untuk menenangkan perasaanku, kuraih buku harian dalam tas punggungku. Lalu pada halaman terakhir sekali aku mulai menulis.....
31 Desember 1995
Tahun nanti aku harus menuju dunia baru.
Aku harus terlahir kembali sebagai seorang Amara.
Menjadi diri sendiri memang lebih terasa dinikmati daripada menjadi sosok yang lain.
Aku tak bisa menikmati hidup seperti seorang Aurora.
Maafkan aku Aurora.
Aku tak bisa melanjutkan peran sebagai dirimu.
Kamu mungkin tahu, terlalu lelah bagiku untuk itu.
Aku bukan Aurora, bukan dirimu.
Dan kamupun bukan Amara.
Namaku A-ma-ra.
Bukan Aurora.......
Lalu kututup diaryku, perasaanku serasa damai. Kuhidupkan mesin Volvoku. Aku ingin segera ngobrol banyak dengan Hardian, kakak tersayangku. Selepas itu ingin tidur sepuasnya tanpa terganggu oleh siapapun, termasuk pager dan handphone.
Sejak detik ini, kuputuskan untuk menjadi seorang Amara kembali. Menjadi diriku sepenuhnya.
Beberapa saat mobilku melaju. Tiba-tiba saja kepalaku menjadi gelap. Samar-samar sebuah bis dari arah berlawanan tampak berada di depanku, samar pula kudengar dentuman dahsyat.
Jiwaku serasa melayang. Dibawah sana kutemui tubuhku dibelakang kemudi. Dengan mata terpenjam dan kepala menyentuh setir.
Orang-orang berkerumunan.
"Dia, Amara. Dia yang sering kita lihat di TV," seorang lelaki dari salah satu yang mengerumuni tubuhku segera mengenaliku.
Tak berapa lama kulihat Hadian dan Gred datang. Yang dilakukan mereka tak jauh dengan apa yang dilakukan kakak laki-laki nya dan pacar Aurora, dulu pada Aurora.
Harapanku, semoga diantara mereka ada yang menemukan diaryku. Semoga saja mereka sadar kalau namaku NAMAKU BUKAN AURORA.
All of you, be your self
============= the end, alias...TAMAT ======== cape' euy ngetik *bukannya gak ikhlas! ;) =========
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar