Sabtu, 27 Juni 2009

RADEN NIKE RATNADILLA - RATU SLOW ROCK


Banyak orang `iri' pada beberuntungan Nike Ardilla. Begitu muncul ke dunia musik, namanya langsung melangit. Dari 6 albumnya, tak satu pun yang gagal di pasaran. "Saya berhutang budi pada Deddy Dores," kata Nike setiap kali bicara soal karirnya di dunia tarik suara. "Deddy-lah yang mengorbitkan nama saya. Dia juga yang telah memiliki segalanya. Ketenaran sekaligus materi. Tetapi, di tengah gebyar musik slow-rock - di mana dia menjadi ratunya - Nika tak lupa diri. "Saya ingin masuk surga. Dan saya sudah booking tempat buat akhirat." Nike pun berceloteh banyak pada KARTINI. Tentang tuduhan lesbian, `kegilaan' para pemujanya, pacar, juga keinginannya mendirikan pesantren.
Umurnya baru menjejak angka 19. Tetapi, di usia muda itu, Nike Ardilla sudah memperoleh segalanya. Nama beken dan seabgreg-abreg rejeki. Nasib penyanyi cantik ini memang sedang berkibar. Enam album yang `ditelurkannya' maraih sukses besar. Bahkan, 4 diantaranya meraih predikat album slow-rock terlaris BASF.
Kalau bicara soal karir di dunia tarik suara, saya merasa berhutang budi pada Om Deddy Dores," kata si bungsu pasangan Nining - Raden Edi Kusnadi ini. "Dia begitu percaya pada kemampuan saya. Berkat karyanya, "Seberkas Sinar", nama saya langsung terangkat." Selain memberi lagu, Deddy juga mengutak- atik nama Raden Nike Ratnadilla menjadi Nike Ardilla. "Kata Om Deddy, nama asli saya terlalu nigrat dan kurang komersial." Sejak berganti nama, karirnya melambung. Malah kepopulerannya melebihi seniornya, Niki Astria, seperti juga Niki, gadis berukuran 165 cm/50 kilogram ini tetap tampil sederhana. "Sehari-hari di Bandung, saya biasa naik Angkot(angkutan kota) atau bus, " ujar gadis kelahiran 27 Desember 1975 ini. "Kalau ada yang iseng dan mencolek-colek, saya teriakin, "Eh, colekin lagi dong! Hi hihi!". Barangkali karena malu, orang itu langsung lompat dari bus."
Sementara teman-temannya, sesama artis daerah, banyak yang hijrah ke Jakarta, ia berkeras untuk tetap tinggi di kota kelahirannya, Bandung. "Ah, masa sih, mentang-mentang sudah ngetop lantas lupa sama daerah asal?" ungkapnya serius. Berikut percakapan santainya dengan KARTINI.
KARTINI >> Siapa yang mendorong Anda terjun ke showbiz?
Mami. Semua juga berkat Mami. Kalau saya sih orangnya kurang percaya diri dan gengsian. Belum apa-apa sudah takut kalah, takut malu. Tapi Mami selalu ngotot agar saya ikut perlombaan ini itu. Sejak saya kecil, Mami selalu sibuk mendaftarkan saya ke ber-bagai perlombaan. Kadang-kadang, tanpa ba bi bu, tahu-tahu saya harus naik ke pentas.
KARTINI >> Sejak kapan Anda mulai jadi penyanyi?
Dari kecil saya senang menyanyi. Mulanya sih terbatas nyanyi di sekolah dan di rumah. Rupanya Mami melihat bakat saya dan menyertakan saya di perbagai perlombaan. Memang hasilnya juga nggak mengecewakan. Saya pernah merebut predikat Juara I Festival Penyanyi Cilik se Kota Madya Bandung, Juara I Festival 3 Jenis Musik - dangdut, rock dan pop se-Kota madya Bandung dan Juara I Festival Pop Remaja se Bandung. Tahun 1990, Mami mendaftarkan saya ikut pemilihan Gadis Sampul dan saya berhasil keluar sebagai Pemenag Favorit. Tahun 1987, Mami membawa saya ke Himpunan Artis Penyanyi Musisi Indonesia alias HAPMI asuhan Djadjat Paramor. Di situlah saya bertemu dengan Deni Kantong, guru menyanyi. Juga dengan Deni Sabrie yang akhirnya jadi menejer saya. Dua Deni itu memperkenenalkan saya pada Deddy Dores. Tak lama kemudian Deddy minta agar saya mengikuti test vokal. Rupanya saya lulus dan beliau membuatkan beberapa lagu untuk album pertama saya "Seberkas Sinar". Jadilah saya Nike Ardilla. Setalah album pertama sukses, Deddy membuatkan lagu-lagu untuk berikut "Bintang Kehidupan" dan Nyalakan Api". Setelah Deddy, baru musisi lainnya memberi saya lagu. (** perasaan tomzed bintang kehidupan duluan deh...)


KARTINI >> Mengapa Anda mengkhususkan diri di musik slow-rock?

Saya juga tak tahu kenapa. Tapi, kata orang, wajah dan kepribadian saya cocok untuk lagu-lagu jenis itu. KARTINI >> Dari 6 album Anda, mana yang paling sukses?

Seberkas Sinar, Bintang Kehidupan, Nyalakan Api dan Biarlah Kumengalah. Keempatnya berhasil merahik predikat album terlaris jenis slow-rock BASF. hadiahnya macam-macam. Mobil, tour ke Amerika, Jerman, dan Kanada. Lewat Bintang Kehidupan, saya juga berhasil menjadi Juara ke II Singing Contest in Asia Song 1991 di Shanghai. Hadiahnya lumayan, piala, piagam dan uang sebesar 4 juta Rupiah. Album saya yang ke 6, Tinggallah Kusendiri baru beredar. Hasilnya belum tahu tapi mudah-mudahan laris.

KARTINI >> Ada yang bilang nada lagu-lagu Anda dari itu ke itu saja?

Terserah orang mau bilang apa, yang penting album saya laris dan saya bisa kaya! (**jangan terlalu di tanggapi , tomzed)

KARTINI >> Apa sih suka-dukanya selama jadi rocker?

Yang jelas sih, pelajaran di sekolah sempat awut-awutan. Semasa di SD, saya selalu masuk lima besar, tetapi setelah terjun ke show-biz rangking saya merosot sampai ke 20. Naik ke kelas 2 SMA saya terpaksa berhenti sekolah. Tahun berikutnya baru ikut ujian sesulan. Untung lulus dan sekarang- saya kuliah di Lippo Centre mengambil jurusan Public-Relation. Lantas, duka yang lain ya urusan di panggung. Beberapa kali saya ditimpuk pakai sandal. Bahkan saya pernah dicium fans yang iseng. Tapi, buat penyayi slow-rock, kejadian seperti itu sudah lumrah. Makanya, sesekali coba deh ikut tour kami. Terutama kalu lagi show di Jawa Timur atau Sumatera Utara. Pasti rame. Pokoknya nyanyi bagus dilempari, nyanyi jelek apalagi. Pernah suatu kali saya, Teh Niki (Nikii Astria) dan Slank show bareng di Jawa timur. Tanpa ba bi bu suasana jadi panas. Penonton membawa batu, arit dan melepas sandal sepatu. Saking panasnya, sampai ada yang meninggal. Show usai, kami cepat-cepat lompat ke bus. Tapi nggak bisa bergerak kena bus yang kami tumpangi digoyang-goyang fans. Makanya, sekarang saya belajar gini-ginian (Nike mengepal-ngepal tinjunya). Biar nggak ada cowok yang berani macam-macam.
KARTINI >> Jadi, diam-diam Anda menguasai ilmu bela diri?
Iya dong! Tapi buat jaga-jaga, saya punya body-guard. Namanya Atun. Dia cewek, tapi fisiknya kekar. Pokoknya, kalau ada apa-apa dia yang turun.
KARTINI >> Omong-omong, berapa honor Anda sekali manggung?
Nggak tentu. Yang jelas di bawah 10 juta (**ingat !!!kurs Rp. 1800-2200; tomzed). Tapi itu bukan angka mati, lho. Ada kalanya, untuk gegiatan sosial, saya bersedia tampil gratis.
KARTINI >> Belakangan, Anda kok lebih banyak muncul di film dan sinetron?
Iya. Saya juga bingung kenapa saya jadi aktif di film dan sinetron. Barangkali, kami ketularan kakek saya. Buyut sAya - kakek Mami pameran Lutung Kesarung pertama di Indonesia. Dua kakak saya, Soni dan Alan, juga suka musik dan drama. Rupanya Kang Deden, adik Kang Rachman Hidayat, mengamati bakat saya. Beliau mengajak saya ke film. Tahun 1987, saya membintangi film Kasmaran bersama Slamet Rahrjo dan Ida Iasa. Mulanya sih, saya bingung juga. Kok saya jadi bintang film? Tapi akhirnya jadi ketagihan. Belakangan ini, teman-teman di film mengajak saya meramaikan sinetron. Sekarang, saya lebih suka sinetron daripada film Meskipun honornya lebih kecil tapi suasananya lebih asyik. Lingkungan kerjanya nyaman. Nggak terlalu ramai, akrab dan santai. Saya baru saja merampungkan sinetron yang ke 5. Judulnya Ceplas-ceplos bersama Adi Bing Slamet, Titi Qadarsih, Lina Budiati. Di senetron itu saya jadi pacar Adi Bing Slamet.
KARTINI >> Selama di film, Anda pernah mendapat penghargaan?
Saya sudah membintangi 10 filem, tetpi sampai saat ini belum mendapat penghargaan apa-apa. Di film saya memang nggak antusias untuk meraih kemenangan ini itu. Soal piala Citra atua lainya terserah nasib dan rejeki saja.

KARTINI >> Honor Anda dibelikan apa?
Sebagian besar buat jajan, beli pakaian dan sisanya saya serahkan Papi untuk dibelikan tanah. Saya suka beli tanah. Biar jadi Nyonya Tanah. Hi hi hi! Sebagian lagi saya gunakan untuk mendirikan SLB Wawasan Nusantara. Kebetulan Waktu itu saya dapat rejeki dan ada tanah dekat rumah. Saya bilang sama Papi, "Pih, kita beli saja tanah itu dan kita dirikan SLB. Ya, hitung-hitung membantu warga kampung yang memiliki anak-anak tuna rungu dan tuna grahita. Sekarang, murid kami sekitar 40 orang. Kalau pas nggak ada acara, saya datang ke SLB. Di sana saya bermain dengan mereka. Ya sekadar menyanyi atau ngobrol-ngobrol.

KARTINI >> Kabarnya, Anda punya anak asuh?
Sebetulnya sih bukan anak asuh. Lebih tepat kalau disebut teman atau pembantu asuh. Jumlahnya ada 4 orang. Dua lelaki dan 2 perempuan. mereka mengaku penggemar saya dan kedatangannya ke Bandung untuk mencari pekerjaan. Saya bilang, kalau memang mau tinggal di rumah kami dan bersedia membantu-bantu, ya silakan. Kalau sudah ketemu pekerjaan yang lebih cocok dan ingin pergi, ya silakan. Nggak lama kemudian mereka mendapat pekerjaan di tempat lain. Tetapi hubungan kami tetap baik. Sesekali mereka mampir ke rumah. Ornang bilang sih, saya baik hati. Tapi buat saya yang penting `enjoy'. Saya senang dan mereka senang. Syukur kalau kebaikan itu bisa menolong mereka. Ya, hitung-hitung tabungan buat di akhirat.
KARTINI >> Anda masih muda. Tetapi sudah memikirkan masalah akhirat. (**get it???, tomzed)
Banyak orang bilang begitu. Termasuk Papi. Waktu saya bilang mau bikun SLB, Papi juga kaget. "Papi nggak sangka pikiran kamu sudah sejauh itu." Dari dulu saya memang bercita-cita masuk surga. Sebelum mati pun saya sudah booking tempat di surga. He he he.
KARTINI >> Kalua begitu, apa dong rencana jangka panjang Anda?
Saya ingin mendirikan pesantren. Lokasinya mungkin di dekat rumah kami atau di Ciamis - di kota kelahiran orangtua saya. Selain itu saya ingin meniru jejak Hetty Koes Endang membuka restoran Sunda. Dan keinginan lainnya, tentu menikah. Saya ingin menjadi istri dan ibu yang baik. Itu saja.
KARTINI >> Anda sudah punya pacar?
Ada. Dia pereli, inisialnya S. Dia pacar saya yang kedua. Soal siapa yang pertama, laebih baik nggak cerita. Saya dan S mulai pacaran 5 bulan lalu.
KARTINI >> S bintang film?
Saya nggak suka punya pacar bintang film atau artis. Saya cemburuan. Saya takut kalau dia dapat peran begini begitu saya sakit hati.
KARTINI >> Lantas, mengapa kok timbul gosip kalau Anda seorang lesbian?
Wah, kalau gosip lesbian sih sudah melekat di diri Nike. Dan isyu sudah tersebar ke seantero Bandung. Bahkan barangkali sudah sampai ke Australia. Hahahah! Apalagi sekarang, saya sering jalan bareng sama Atun yang badannya kekar. Ya, semakin ramailah gosip itu. Mengapa saya digosipkan lesbian? Barangkali karena saya nggak suka main sama cewek yang sok alim. Mereka suka munafik. Daripada ngumpul sama orang munafik lebih baik jalan sama cowok. Akhirnya muncul gosip kalau saya tomboy dan lesbian. TEMAN SE-GANK SAYA BISA DIHITUNG DENGAN JARI. Dari dunia show-biz paling cuma Teh Niki sama Cut Irna. Hubungan saya dengan Teh Niki sudah seperti saudara. Selain sama-sama rocker, saya nggak punya kakak perempuan dan Teh Niki ngggak punya adik perempuan. Kalau nggak ada show, rekaman atau syuting, hampir setiap hari saya ke rumahnya di Bandung. Kalau saya macam-macam, dia marah. Begitu juga waktu orang ramai menggosipkan saya lesbian, dia menegur saya. "Kamu apa-apaan sih kayak gitu!" katanya. Saya bilang "Nggak kok. Itu cuma isyu."
KARTINI >> Nampaknya Anda simpati dengan nasib para lesbian?
Ya, setiap orang kan punya masalah yang berbeda. Barangkali si cewek lesbi itu merasa teman sejenisnya lebih punya perhatian dibanding cowoknya. Akibatnya dia merasa lebih aman dan bahagia dengan teman sejenis ketimbang dengan cowok. Pada prinsipnya, saya nggak anti lesbian. Dan sikap saya yang seperti ingin sempat mengundang isyu kalau saya lesbian. Ah, biar saja, deh. Saya lebih suka cuek. Terserah orang mau bilang apa! Saya nggak marah dituduh lesbian. Saya malah senang karena jadi semakin ngetop! Hi hi hi! (*Rini Hadipranoto) -- di edit, tanpa mengurangi isi.

Tidak ada komentar: