Minggu, 28 Juni 2009

Namaku Bukan Aurora (CerPen)




Oleh : Ela Tresnawati
Pemenang Berbakat LCCR ANITA/95



May Be This Description was inspiring from Nike's Fact...
If..we had accomplish to read this... describe... its sure not only "May Be"
But it's certainty that the writers was so concern with the extremely accident,
that caused Nike was dead... .Hence she wrote n try to describes with her own imagine style...




Ruang Katana yang kuisi bagaikan sebuah aula besar tempat konser orchestra. Itu semata-mata aku mengkhayal berada di Acropolis. Santorini mengalun gempita. Denting piano dari tekanan jemari Yanni berpadu dengan gesekan biola yang menyayat.

Pagi masih agak basah, walaupun mentari tidak lagi ragu untuk menyingsing dengan sinarnya yang perkasa. Tampaknya embun pun masih betah untuk menempel di dedaunan.

Suasana pagi yang begitu aku nikmati. Tak apa aku pergi sepagi ini. Lagipula aku tak bisa menahan kerinduan untuk melewati jalan-jalan ini yang setahun sudah tak kususuri. Saat berjalan-jalan di kawasan Queensland, aku malah membayangkan berjalan di kotaku sendiri.

Dulu, semasa SMA. Sepanjang waktu aku bersama Melan, Astrid dan Raras selalu menghabiskan di jalan Tamansari ini.
Suasananya begitu adem dan tenang. Banyak pohon-pohon besar yang meneduhi siapa saja yang berada dibawahnya.

Tanpa terasa aku sudah berada di jalan Riau. Disini mau tak mau aku harus menggerutu kesal. Jalanan macet. Manusia dan kendaraan sama-sama berseliweran. Tapi tak ada gunanya ngomel sendirian. Tak akan ada yang bakalan mau mendengar.
Kuhalau rasa bosan dengan memutar-mutar frekuensi FM. OZ Station tertangkap.
Terdengar desahan serak Bryan Adams lewat You Really Love a Woman.

Sambil tetap masih memegang kemudia, aku melongokkan kepala lewat jendela.
Refleksi mataku tertumpuk pada pada seonggok Civic Genio. Keadaan sedan mewah itu lumayan rusak parah.
Pintu sebelah kanannya penyok dengan kap yang ringsek. Sebuah pilar rumah penduduk ambruk, mungkin sedan na'as tersebut menubruk pilar tersebut.
Penumpangnya tidak lagi berada didalamnya. Namun orang-orang yang jumlahnya puluhan itu tetap saja berkerumunan disana.
Mereka mengelilinginya seolah-olah itu adalah benda langka. Bahkan ada beberapa diantaranya yang mengelus-elusnya *kucing kali.. :))
Sejumlah karangan bunga terpajang di kapnya. Semakin lama semakin bertambah banyak seiring dengan bertambahnya orang yang datang.

Otakku semakin lama semakin berfikir. Coba saja pikir. Saat ini frekuensi kecelakaan tak terhitung lagi jumlahnya.
Tak sedikit pula sedan mewah yang rusak karenanya. Namun seumur kepala berada diatas badanku, rasanya belum pernah kulihat begitu banyak orang yang tumplek mengelilinginya.

Kuinjak pedal gas setelah sebuah Panther yang berada didepanku melaju. Namun kali ini aku tak berhasrat untuk melanjutkan perjalanan.
Yang kulakukan adalah memarkirkan kendaraan di tempat yang kosong, tak jauh dari onggokan Ganio na'as tersebut. Pikirku, siapa tahu aku mengenal orang yang mengalami kecelakaan tersebut.

Kukenakan Sunglasses, lalu turun dari mobil dan menguncinya.
Saat mendekati Genio tersebut, kembali terjadi keanehan. Orang-orang yang sejak tadi berkerumunan semuanya melakukan hal yang sama,
memandangiku dengan tatapan mata yang sangat asing.
Ada apa?
Apakah mereka mengiraku seorang makhluk planet Mars?



=================== bersambung ==================

Tidak ada komentar: